SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Derajat kesehatan merupakan pilar utama bersama-sama
dengan pendidikan dan ekonomi yang sangat erat dengan peningkatan kualitas
sumber daya manusia, sehingga dengan kondisi derajat kesehatan masyarakat yang
tinggi diharapkan akan tercipta sumber daya manusia yang tangguh, produktif dan
mampu bersaing untuk menghadapi semua tantangan yang akan dihadapi dalam
pembangunan disegala bidang. Berbagai studi/penelitian menunjukkan bahwa
terjadi korelasi positif antara derajat kesehatan masyarakat dengan
produktifitas. Produktifitas merupakan perwujudan dari kualitas sumber daya
manusia yang handal sehingga dapat mendukung peningkatan ekonomi dan
pembangunan yang pada akhirnya akan mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan
meningkatkan kualitas suatu bangsa. Indikator derajat kesehatan masyarakat
Kabupaten Penajam Paser Utara
Tahun 2014
dapat diketahui dengan melihat indikator : angka kematian, kesakitan, umur
harapan hidup dan status gizi.
Menurut Undang-Undang
RI No. 36 tahun 2009, yang dimaksud dengan kesehatan adalah keadaan sehat, baik
secara fisik, mental, spritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang
untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Beberapa aspek yang dapat
dihubungkan dengan derajat kesehatan adalah : lingkungan, pelayanan kesehatan
dan perilaku.
Di Indonesia, indikator
derajat kesehatan dapat dilihat dari; Umur Harapan Hidup, Angka Kematian Bayi,
Angka Kematian Balita, Angka Kematian Ibu melahirkan, dan Angka Kesakitan/Kematian
karena penyakit tertentu serta status Gizi Masyarakat. Adapun indikator hasil
antara, yang terdiri atas indikator-indikator untuk keadaan lingkungan,
perilaku hidup masyarakat, akses dan mutu pelayanan kesehatan, serta Indikator
proses dan masukan, yang terdiri atas indikator-indikator untuk pelayanan
kesehatan, sumber daya kesehatan, manajemen kesehatan, dan kontribusi sektor
terkait.
3.1.Angka
Kematian (Mortalitas)
3.1.1.
Angka
Kematian Bayi (AKB)/ Infant Mortality
Rate (IMR)
Indikator Angka
Kematian Bayi (AKB) digunakan untuk mengetahui jumlah kematian bayi dibawah
usia satu tahun pada tiap 1000 kelahiran hidup. Indikator angka kematian
bayi juga bermanfaat antara lain :
- Untuk mengetahui gambaran tingkat permasalahan kesehatan masyarakat
yang berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi.
- Melihat tingkat pelayanan antenatal.
- Mengetahui ketersediaan, pemanfaatan dan kualitas pelayanan kesehatan
terutama pelayanan perinatal.
- Mengetahui status gizi ibu hamil,
- Mengevaluasi
tingkat keberhasilan program KIA dan KB.
- Mengetahui
kondisi lingkungan dan sosial ekonomi.
Angka Kematian Bayi / Infant
Mortality Rate (IMR) adalah banyaknya kematian bayi
berusia dibawah satu tahun, per 1.000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu.
Angka Kematian Bayi merupakan salah satu indikator yang paling sensitif untuk menentukan
derajat kesehatan suatu daerah.
Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu aspek yang sangat penting
dalam mendeskripsikan tingkat pembangunan manusia disebuah negara dari sisi
kesehatan masyarakat. Dari laporan jumlah kematian bayi yang
disampaikan dari masing-masing Puskesmas, dapat diperkirakan bersumber dari
fasilitas pelayanan kesehatan (facility
based) dan dari laporan masyarakat atau kader (community based).
Pengertian neonatus
atau neonatal adalah kehidupan pertama kali yang di alami bayi setelah lahir
yaitu sampai dengan usianya yang ke 28 hari. Kehidupan antara didalam rahim
dengan di luar rahim sangat jauh berbeda, sehingga pada masa noenatus hampir
semua organ tubuh menyesuaikan dengan lingkungan yaitu mengalami pematangan.
Angka Kematian Bayi per 1000 kelahiran hidup dari tahun
2011 sebanyak 9 / 1000 KH, tahun 2012 sebanyak 21,4 / 1000 KH, tahun 2013
sebanyak 11 / 1000 KH dan tahun 2014 sebanyak 3 / 1000 KH. Peningkatan dan
penurunan angka kematian bayi ini kemungkinan disebabkan karena sistem
pelaporan yang semakin baik, baik pelaporan dari masyarakat maupun dari sarana
pelayanan kesehatan. Diharapkan kedepannya untuk pencatatan dan pelaporan
kematian bayi semakin akurat dan valid.
Target MDGS untuk
penurunan Angka Kematian Bayi di Indonesia adalah sebesar 23 per 1000 kelahiran
hidup pada tahun 2015, dari kondisi yang ada di tahun 2014 untuk Kabupaten
Penajam Paser utara yaitu sebanyak 3 per 1000 kelahiran hidup. Data ini
menunjukkan bahwa AKB Kabupaten Penajam Paser Utara telah mencapai target MDGS.
Sedangkan
berdasarkan hasil pencatatan dan pelaporan
kematian bayi di Kabupaten Penajam Paser Utara dari Tahun 2011 sampai dengan
Tahun 2014 menunjukkan yaitu pada tahun 2011 jumlah kematian bayi sebanyak 58 bayi, tahun 2012 berjumlah 60 bayi, tahun
2013 kematian bayi sebanyak 36 bayi, dan untuk tahun 2014 kematian bayi
sebanyak 10 bayi.
3.1.2.
Angka
Kematian Ibu (AKI)/Maternal Mortality Rate (MMR)
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah
banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak
terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan
karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain, per
100.000 kelahiran hidup.
Angka
Kematian Ibu atau AKI mencerminkan resiko yang dihadapi ibu-ibu selama
kehamilan dan melahirkan yang dipengaruhi oleh keadaan, sosial ekonomi, keadaan
kesehatan kurang baik menjelang kehamilan. Kejadian berbagai komplikasi pada
kehamilan dan kelahiran. Serta tersedianya dan penggunaan fasilitas pelayanan
kesehatan yang memadai.
Angka
Kematian Ibu (AKI) berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup
sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat
pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu ibu
melahirkan dan masa nifas.
Untuk
mengetahui besaran masalah kesehatan ibu, indikator yang digunakan adalah Angka
Kematian Ibu (AKI). Pada tahun 2013 angka kematian
ibu yang tercatat 6 orang masing-masing puskesmas di
Kabupaten Penajam Paser Utara. Jadi jumlah
angka kematian ibu tercatat 191 per 100.000
kelahiran hidup. Sedangkan pada tahun 2014 angka
kematian ibu sebanyak 6 orang, dan jumlah angka kematian ibu adalah 196 per
100.000 kelahiran hidup. Adapun yang menjadi penyebab
kematian ibu diantaranya adalah hypertensi
dalam kehamilan.
Untuk
mengantisipasi tingginya tingkat kematian ibu maternal maka diperlukan
terobosan-terobosan dengan mengurangi peran dukun dan meningkatkan peran bidan.
Dengan harapan agar bidan di desa benar-benar sebagai ujung tombak dalam upaya
penurunan AKB (IMR) dan AKI (MMR). Selain itu melalui pengembangan Desa Siaga
dengan pembangunan poskesdes yang merupakan salah satu bentuk partisipasi
masyarakat dalam menurunkan AKI.
3.2.Angka
Kesakitan (Morbiditas)
3.2.1.
Penyakit
Menular
Penyakit menular
ini bisa diderita akibat kurang kuatnya daya tahan tubuh yang berkaitan dengan
sistem imun manusia itu sendiri dalam melawan penyakit. Contoh penyakit menular
didaerah tropis di Indonesia adalah demam berdaerah, virus dengue penyebab demam berdarah
disebarkan oleh perantara yakni gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Pada dasarnya
virus tersebut tidak akan menyebabkan penyakit demam berdarah saat menyerang
tubuh dengan sistem imun yang kuat.
Penyakit menular yang juga dikenal sebagai penyakit infeksi dalam
istilah medis
adalah sebuah penyakit yang disebabkan oleh sebuah agen biologi (seperti virus,
bakteria atau parasit). Penyakit menular yang disajikan dalam profil kesehatan
Kabupaten Penajam Paser Utara tahun 2014
antara lain : TB Paru BTA+, Pneumonia, HIV/AIDS ditangani, Kusta, dan Infeksi Menular Seksual diobati.
a. TB
Paru BTA +
Tuberculosis (TB) adalah penyakit akibat kuman mycobakterium tuberkulosis
sistemis sehingga dapat mengenai semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di
paru paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer (Arif Mansyur, 2000).
Tuberculosis paru merupakan penyakit infeksi saluran napas bagian bawah yang
menyerang jaringan paru atau parenkim paru oleh basil mycobakterium
tuberculosis. Tb dapat mengenai hampir semua organ tubuh (meningen, ginjal,
tulang, dan nodus limfe, dll). Tuberkulosis menyebar melalui udara ketika
seseorang dengan infeksi TB aktif batuk, bersin atau menyebarkan butiran ludah
mereka melalui udara. Tanda-tanda penderita TB paru yaitu batuk berdahak 3
minggu atau lebih, batuk berdahak campur darah, nafas sesak dan nyeri dada,
demam dan berkurangnya nafsu makan. Penularan TB Paru ini di tularkan melalui
udara pada waktu batuk dan bersin, pasien menyebarkan virus ke udara dalam
bentuk percikan dahak, sekali batuk dapat menghasilkan 3000 percikan dahak.
Gejala umum
yang timbul pada penderita TBC paru diantaranya
·
Demam
tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari
disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan
bersifat hilang timbul.
·
Penurunan
nafsu makan dan berat badan.
·
Batuk-batuk
selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
·
Perasaan
tidak enak (malaise), lemah.
·
Bila
terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat
penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi”,
suara nafas melemah yang disertai sesak.
·
Kalau
ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan
keluhan sakit dada.
Di Kabupaten Penajam Paser Utara tahun 2014 dengan Kasus baru TB Paru
sebanyak 121
kasus, dengan rincian laki-laki
sebanyak 75 kasus dan perempuan sebanyak 46 kasus, pasien yang diobati dengan
BTA (+) sebanyak 132 kasus.
b. Pnemonia
Balita
Pneumonia adalah
radang paru-paru yang biasanya disebabkan oleh infeksi. Tiga penyebab utama
pneumonia adalah bakteri, virus dan fungi. Yang berisiko tinggi menderita
infeksi ini adalah anak-anak di bawah 2 tahun dan manula
Pneumonia adalah
penyakit infeksi yang menyerang paru-paru yang ditandai dengan batuk disertai
nafas cepat dan atau sesak pada anak usia Balita (0-5 tahun). Gejala pneumonia
bervariasi, mulai dari pernapasan yang cepat sampai kegagalan pernapasan dan
tekanan darah yang sangat rendah atau dikenal dengan istilah syok septik. Jika
pneumonia terjadi setelah bayi lahir, gejalanya akan timbul
secara bertahap. Terkadang bayi tiba-tiba menjadi sakit yang
disertai dengan turun-naiknya suhu tubuh. Namun, umumnya gejala pneumonia
adalah demam, batuk, sesak napas, serta napas dan nadi cepat. Seperti gejala
penyakit standar.
Jumlah Balita di
Kabupaten Penajam Paser Utara pada
tahun 2014 sebanyak
3.196 jiwa dengan perkiraan kasus sebanyak 320 kasus, sedangkan kasus yang
ditemukan atau ditangani sebanyak 269 kasus
(84.2%).
c. HIV/AIDS
yang ditangani
HIV merupakan
singkatan dari “Human Immunodeficiency Virus”. Virus ini merupakan virus yang
dapat menyebabkan AIDS. Jika anda terinfeksi HIV, anda akan dikatakan sebagai
HIV positif. HIV menyerang sistem kekebalan tubuh, yang mana adalah pertahanan
tubuh terhadap penyakit. Jika sistem kekebalan tubuh seseorang telah dirusak
oleh virus, maka akan mengembangkan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome).
Ini berarti mereka akan mendapatkan infeksi dan penyakit yang mana tubuh mereka
biasanya bisa melawan. Didiagnosa menderita HIV bukan berarti seseorang
memiliki AIDS atau mereka akan meninggal. Perawatan akan memperlambat kerusakan
pada sistem kekebalan tubuh sehingga orang dengan HIV dapat tetap baik, hidup
sehat dan memuaskan. HIV
terdapat dalam cairan tubuh yaitu, darah, sperma (air mani), cairan vagina dan
air susu ibu. HIV hanya ditularkan kalau cairan tubuh seseorang HIV positif
masuk ke dalam aliran darah orang lain. HIV hanya dapat ditularkan melalui: Seks
tanpa pengaman (seks tanpa kondom),
Pemakaian bersama jarum dan peralatan lain untuk menyuntik obat, Tindik atau tattoo yang tidak steril, Ibu dan
anak selama masa kehamilan, persalinan dan menyusui, Transfusi darah dan atau
produk darah di beberapa negara lain. Di Australia, transfusi darah dan
produk darah termasuk aman.
Di Kabupaten Penajam Paser Utara,
pada tahun 2013 ditemukan 9 kasus HIV/AIDS dengan jumlah kematian akibat AIDS sebanyak 4 kasus diantaranya 3
laki-laki dan 2 perempuan. Sedangkan pada tahun 2014 ditemukan 27 kasus HIV. Tidak
menutup kemungkinan jumlah pendertia HIV/AIDS jauh lebih banyak dari kasus yang
ditemukan. Untuk itu diperlukan upaya bersama
dalam pemberantasan penyakit HIV/AIDS, yang tidak saja ditujukan pada
penanganan penderita yang ditemukan tetapi juga diarahkan pada upaya pencegahan
yang dilakukan melalui Skrinning HIV/AIDS terhadap donor darah dan pengobatan
pendertia penyakit menular seksual.
d.
Kusta
Istilah kusta berasal
dari bahasa Sansekerta, yakni kushtha berarti kumpulan gejala-gejala kulit
secara umum. Penyakit kusta atau lepra disebut juga Morbus Hansen, sesuai
dengan nama yang menemukan kuman yaitu Dr. Gerhard Armauwer Hansen pada tahun
1874 sehingga penyakit ini disebut Morbus Hansen. Penyakit Hansen
(Kusta) adalah sebuah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium leprae. Penyakit ini adalah tipe penyakit granulomatosa
pada saraf tepi dan mukosa dari saluran pernapasan atas; dan lesi pada kulit
adalah tanda yang bisa diamati dari luar. Bila tidak ditangani, kusta dapat
sangat progresif, menyebabkan kerusakan pada kulit, saraf-saraf, anggota gerak,
dan mata. Kusta merupakan penyakit menahun yang menyerang syaraf tepi, kulit
dan organ tubuh manusia yang dalam jangka panjang mengakibatkan sebagian
anggota tubuh penderita tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Meskipun
infeksius, tetapi derajat infektivitasnya rendah. Waktu inkubasinya panjang,
mungkin beberapa tahun, dan tampaknya kebanyakan pasien mendapatkan infeksi
sewaktu masa kanak-kanak. Tanda-tanda
seseorang menderita penyakit kusta antara lain, kulit mengalami bercak putih,
merah, ada bagian tubuh tidak berkeringat, rasa kesemutan pada anggota badan
atau bagian raut muka, dan mati rasa karena kerusakan syaraf tepi. Gejalanya
memang tidak selalu tampak. Justru sebaiknya waspada jika ada anggota keluarga
yang menderita luka tak kunjung sembuh dalam jangka waktu lama. Juga bila luka
ditekan dengan jari tidak terasa sakit. Secara
spontan masyarakat mengasingkan dan mengisolasi penderita penyakit ini karena
takut tertular. Adapun persentase penderita kusta di Kabupaten Penajam Paser Utara
tahun 2014 untuk Penderita Multi Basiler (MB)/Kusta basah kasus baru adalah
sebanyak 10, dan penderita kusta yang selesai berobat (Release From Treatmet / RFT) adalah 2 kasus dengan RFT.
3.2.2. Penyakit Potensi Wabah KLB/Wabah
Penyakit yang
digolongkan berikut ini adalah penyakit yang menular atau diindikasikan dapat
menyebar secara cepat dan menyeluruh pada suatu populasi yang sebelumnya ada
yang terkena wabahnya.
a. Demam Berdarah / Dengue
Demam Dengue adalah demam virus akut yang disertai sakit kepala, nyeri
otot, sendi, dan tulang, penurunan jumlah sel darah putih dan ruam-ruam. Demam
berdarah dengue atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah demam dengue yang
disertai pembesaran hati dan manifestasi perdarahan. Demam Berdarah Dengue
(DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh virus Dengue Family Flaviviridae, dengan genusnya adalah
Flavivirus. Virus mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2,
DEN-3, dan DEN-4. Selama ini secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang
berbeda tergantung dari serotipe virus dengue. Morbiditas penyakit DBD menyebar
di negara-negara tropis dan sub tropis. Disetiap negara penyakit DBD mempunyai
manifestasi klinik yang berbeda.
Penyebab
terjadinya demam berdarah adalah virus yang ditularkan melalui sel darah yang
terdapat pada nyamuk aides agepti. plasmodium vivax dimana penderita merasakan demam muncul setiap hari ketiga. Demam,menggigil,
linu atau nyeri persendian, dan kadang sampai muntah, tampak pucat/anemis,hati
dan limpa membesar, air kencing tampak keruh/pekat karena mengandung Hemoglobin
(Hemoglobinuria) terasa geli pada kulit dan mengalami kekejangan. Namun
demikian, tanda klasik ditampakkan adalah adanya perasaan tiba-tiba kedinginan
yang diikuti dengan kekakuan dan kemudian munculnya demam dan banyak
mengeluarkan keringat setelah 4-6 jam kemudian, hal ini berlangsung tiap 2
hari, diantara masa tersebut, mungkin penderita merasa sehat seperti sediakala.
Upaya pencegahan
dan pemberantasan DBD dititik beratkan pada penggerakan potensi masyarakat
untuk dapat berperan serta dalam pemberantasan sarang nyamuk (3M+). Pemantauan
Angka Bebas Jentik (ABJ) serta pengenalan gejala DBD dan penanganannya di rumah
tangga. Kegiatan lain yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Penajam Paser Utara
melalui program Pemberantasan Penyakit Menular dalam kegiatan Fogging fokus
selama tahun 2014. Kasus DBD di Kab.
Penajam Paser Utara tahun 2013 ditemukan sebanyak 83 kasus, dengan angka kesakitan
sebesar 87,8.
Angka tertinggi ada di Puskesmas Sotek sebanyak 23 kasus, selanjutnya di Puskesmas Penajam
sebanyak 16
kasus. Sedangkan pada tahun 2014 kasus DBD ditemukan
sebanyak 99 kasus, dengan incidence rate per 100.000 penduduk sebesar 53,5/100.000
penduduk.
b. Malaria
Malaria
adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit. Malaria menyebar melalui gigitan
nyamuk yang sudah terinfeksi oleh parasit. Malaria bahkan bisa mematikan jika
tidak ditangani dengan benar. Infeksi malaria bisa terjadi cukup dengan satu
gigitan nyamuk. Malaria jarang sekali menular secara langsung dari satu orang
ke orang lainnya. Contoh kondisi penularan penyakit ini adalah jika terjadi
kontak dengan darah penderita atau janin bisa terinfeksi karena tertular dari
darah sang ibu. Di Indonesia, terjadi sekitar 400.000 kasus positif malaria
setiap tahunnya. Dari semua kasus yang terjadi, 4.000 kasus mengalami
komplikasi atau bahkan berujung pada kematian. Sekitar 1 dari 4 kasus malaria
yang terjadi menyerang anak-anak. Pasien yang
terinfeksi oleh malaria akan menujukkan gejala awal menyerupai penyakit
influenza, namun bila tidak diobati maka dapat terjadi komplikasi yang berujung
pada kematian. Penyakit ini banyak terjadi didaerah tropis dan subtropis dimana
parasit Plasmodium dapat berkembang biak begitu pula dengan vektor nyamuk Anopheles.
Di
Kabupaten Penajam Paser Utara tahun 2013 angka kesakitan penderita malaria sebesar 10,2 % per 1.000
penduduk. Sedian
darah yang diperiksa untuk kasus malaria adalah laki-laki berjumlah 931 jiwa
dan perempuan berjumlah 52 jiwa, total sedian darah kasus malaria berjumlah 983
jiwa. Sedangkan untuk tahun 2014 jumlah penderita Malaria (suspek) sebanyak
2.290 orang, dengan sediaan darah diperiksa positif sebanyak 793 orang. Adapun
bentuk peran serta masyarakat yang diharapkan dalam upaya penanggulangan
malaria antara lain melalui : (1) kepatuhan minum obat anti malaria agar setiap
penderita dapat minum obat secara tuntas, (2) pencegahan gigitan nyamuk melalui
pemakaian kelambu, pemasangan kasat kasa di rumah, pemakaian obat gosok penolak
nyamuk (repellent), pemakaian baju tebal dan (3) pencegahan terjadinya sarang
nyamuk malaria melalui pembersihan lumut di tempat-tempat/bagian rumah yang
lembab, pencegahan terbentuknya genangan air, memelihara ikan pemakan jentik di
genangan air, serta pencegahan terbentuknya sarang nyamuk.
c. Filariasis
Filariasis
(penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular kronik yang disebabkan sumbatan
cacing filaria di kelenjar / saluran getah bening, menimbulkan gejala klinis
akut berupa demam berulang, radang kelenjar / saluran getah bening, edema dan
gejala kronik berupa elefantiasis. Seseorang tertular filariasis bila digigit
nyamuk yang mengandung larva infektif cacing filaria. Nyamuk yang menularkan
filariasis adalah Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes dan Armigeres. Nyamuk
tersebut tersebar luas di seluruh Indonesia sesuai dengan keadaan lingkungan
habitatnya (got/saluran air, sawah, rawa, hutan). Filariasis tanpa
Gejala umumnya di daerah endemic pada pemeriksaan fisik hanya ditemukan
pembesaran kelenjar limfe terutama di daerah inguinal. pada pemeriksaan darah
ditemukan mikrofilaria dalam jumlah besar dan eosinofilia. Tanda dan gejalanya demam, menggigil, sakit kepala, muntah dan lemah yang dapat berlangsung
beberapa hari sampai beberapa minggu. Organ yang terkena terutama saluran limfe
tungkai dan alat kelamin. Pada laki-laki umumnya terdapat funikulitis disertai
penebalan dan rasa nyeri, epididimitis, orkitis dan pembengkakan skrotum.
Serangan akut dapat berlangsung satu bulan atau lebih. Bila keadaannya berat
dapat menyebabkan abses ginjal, pembengkakan epididimis, jaringan
retroperitoneal, kelenjar inguinal dan otot ileopsoas. Penyakit
ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan, dapat
menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik
perempuan maupun laki-laki. Di
Kabupaten Penajam Paser Utara untuk
tahun 2014 tidak ditemukan kasus filariasis, tetapi tahun
2013 terdapat 12
kasus Filariasis yang merupakan penemuan baru.
d. Diare
Diare
ditandai dengan encernya tinja yang dikeluarkan atau buang air besar (BAB)
dengan frekuensi yang lebih sering dibandingkan dengan biasanya. Pada umumnya,
diare terjadi akibat konsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi. Gejala
diare tergantung kepada penyebab dan siapa yang
mengalaminya, yakni orang dewasa atau anak-anak. Penderita diare ada yang hanya
mengalami sakit perut singkat dengan tinja yang
sedikit encer atau ada juga yang mengalami kram perut dengan tinja yang sangat
encer. Pada kasus diare parah, kemungkinan penderitanya juga akan
mengalami demam dan kram
perut hebat. Penyebab
diare pada orang dewasa dan anak-anak umumnya
adalah infeksi usus. Infeksi usus sendiri terjadi karena mengonsumsi
makanan atau minuman yang kotor dan terkontaminasi. Mikroorganisme yang sering
menyebabkan infeksi usus adalah bakteri, parasit, dan virus seperti norovirus
dan rotavirus. Berdasarkan laporan
penyakit Diare di Kabupaten Penajam Paser Utara pada tahun 2013 yang tercatat dengan
jumlah perkiraan kasus yang terjadi sebanyak 3.824 kasus, dengan jumlah yang
ditangani sebanyak 8.521 (222,9%).
Sedangkan ditahun 2014 kasus perkiraan diare 3.960 kasus, sementara kasus diare
yang ditangani adalah sebanyak 5.679 kasus atau 143.4 % kasus. Kasus
diare ini sangat berkaitan dengan kebersihan lingkungan dan personal
masyarakat. Lingkungan yang kotor merupakan tempat yang sangat bagus untuk
perkembangbiakan kuman-kuman penyakit, seperti Diare. Selain itu juga kebiasaan
masyarakat yang kurang kesadaran untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat di lingkungan rumah masing-masing yang juga menjadi penyebab
terjadinya Diare. Pencegahan
juga bisa dilakukan dengan mencuci tangan
sebelum makan, menjauhi makanan yang kebersihannya diragukan dan tidak minum
air keran, memisahkan makanan yang mentah dari yang matang, makan makanan yang
dimasak dari bahan-bahan yang segar, menyimpan makanan di kulkas dan tidak
membiarkan makanan tertinggal di bawah paparan sinar matahari atau suhu ruangan.
3.2.3.
Penyakit
Menular yang dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3i)
PD3I merupakan penyakit
yang diharapkan dapat diberantas/ditekan dengan pelaksanaan program imunisasi.
Pada profil kesehatan ini akan dibahas penyakit campak dan hepatitis B.
a. Campak
Penyakit campak
merupakan salah satu penyakit yang terjadi pada anak dan biasanya penyebab
penyakit campak ini adalah disebabkan karena virus. Penyakit campak bisa
dialami oleh siapa saja, namun umumnya penyakit campak ini akan dialami saat
masih berusia anak-anak. Cara penularan penyakit campak adalah melalui udara
dan juga melalui bersin atau percikan ludah. Gejala penyakit campak ditandai
dengan demam tinggi pada anak, ruam yang terjadi dikulit dengan warna bintik merah,
batuk, hidung berair, mata perih dan psikologi penderitanya menjadi lebih mudah
marah. Biasanya di dalam mulut penderita muncul bintik putih kecil.
Sistem kekebalan
tubuh manusia secara alami akan melawan infeksi virus ini, tapi jika komplikasi
terjadi atau infeksi campak menjadi sangat parah, mungkin diperlukan perawatan
dan pengobatan
campak di rumah sakit. Untuk mempercepat proses pemulihan,
terdapat beberapa hal yang bisa membantu:
·
Minum banyak air untuk
mencegah dehidrasi.
·
Banyak istirahat dan
hindari sinar matahari selama mata masi sensitif terhadap cahaya.
·
Minum obat penurun
demam, dan obat pereda sakit serta nyeri. Tapi jauhkan aspirin jika anak Anda
di bawah usia 16 tahun.
Campak merupakan
penyakit yang cukup cepat menular, untuk itu diperlukan pencegahan sejak dini.
Imunisasi campak dan Imunisasi MMR
(Measles, Mumps, dan Rubella) perlu dilakukan sejak usia 9 bulan, 15 bulan
dan 6 tahun. Perkembangan penyakit ini di Kabupaten Penajam Paser Utara
mengalami penurunan yang signifikan,
data di tahun 2014 tidak ditemukan kasus campak, ditahun 2013 juga tidak ada
kasus campak, sedangkan data tahun 2012
menyebutkan jumlah kasus penyakit campak sebanyak 6 kasus sedangkan tahun
2011 sebanyak 34 kasus.
b. Hepatitis
Hepatitis
B merupakan salah satu penyakit menular yang tergolong berbahaya di dunia,
penyakit ini disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB) yang menyerang hati dan
menyebabkan peradangan hati akut atau menahun. Pada tahun 2014 tidak ada kasus hepatitis B di Kabupaten
Penajam Paser Utara.
Angka Kesakitan
adalah insiden yang dipakai untuk menyatakan jumlah keseluruhan orang yang
menderita penyakit yang menimpa sekelompok penduduk pada periode waktu
tertentu. Angka kesakitan penduduk didapat dari data yang berasal dari
masyarakat (community based data) melalui
studi morbiditas dan hasil pengumpulan data Dinas Kesehatan dalam hal ini
bersumber dari Puskesmas, Rumah Sakit maupun dari sarana pelayanan kesehatan (facility based data) yang diperoleh
melalui sistem pencatatan dan pelaporan.
Tabel 3.1
Pola Penyakit Rawat Jalan Di
Puskesmas Se - Kabupaten Penajam Paser Utara Berdasarkan 10 Besar Penyakit
Tahun 2014
No
|
Jenis Penyakit
|
Jumlah
|
%
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
|
Infeksi
akut lain pada saluran pernapasan bagian atas
Penyakit
pada sistem otot dan jaringan pengikat (penyakit tulang belulang, radang
sendi termasuk reumatik)
Diare
(termasuk tersangka kolera)
Penyakit
Kulit Alergi
Penyakit
Saluran Pernapasan Bagian Atas
Penyakit
Tekanan Darah Tinggi
Kecelakaan
dan Ruda Paksa
Penyakit
Kulit Infeksi
Penyakit Mata
Lain-Lain
Bingvitis dan
Penyakit Periodental
|
19.277
7.022
5.369
5.249
4.393
4.319
2.776
2.614
2.479
2.202
|
10.41
3.79
2.90
2.83
2.37
2.33
1.50
1.41
1.33
1.18
|
|
JUMLAH
|
55.680
|
30.08
|
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pola penyakit
berdasarkan 10 besar penyakit untuk Kabupaten Penajam Paser Utara ditahun 2014
menunjukkan kasus tertinggi penyakit Infeksi akut lain pada saluran pernapasan bagian
atas sebanyak
19.277 kasus, berarti terjadi penurunan pada kasus ini dari tahun 2013.
Menyusul urutan kedua yaitu penyakit pada sistem otot dan jaringan pengikat
(penyakit tulang belulang, radang sendi termasuk reumatik) sebanyak 7.022 kasus. Dan yang
ketiga yaitu diare sebanyak 5.369 kasus. Sedangkan untuk penyakit yang termasuk
ke dalam penyakit tidak menular penyakit tekanan darah tinggi sebanyak 4.319
kasus, pada kasus ini terjadi peningkatan dari tahun 2013 lalu. Ditahun 2013
penyakit tekanan darah tinggi sebanyak 2.700 kasus. Selanjutnya terdapat
beberapa penyakit yang perlu mendapat perhatian yaitu kecelakaan dan ruda
paksa, penyakit kulit infeksi, penyakit mata lain-lain dan bingvitis dan
penyakit periodental.
3.3.Status Gizi Masyarakat
Status
gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang
diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga
didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara
kebutuhan dan masukan nutrien. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang
didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diit (Beck, 2000:
1). Faktor yang mempengaruhi status gizi
adalah pendapatan, pendidikan, pekerjaan, budaya, usia, kondisi fisik dan infeksi.
Penilaian status gizi dilakukan dengan cara pemeriksaan antropometri,
pemeriksaan klinis dan pemeriksaan biokimia.
Berikut ini akan disajikan gambaran mengenai status gizi
masyarakat yang ada di Kabupaten Penajam Paser Utara. Gambaran mengenai indikator-indikator
status gizi masyarakat antara lain bayi dengan berat badan rendah (BBLR),
status gizi balita, status gizi wanita usia subur kurang energi kronis (KEK),
anemia gizi besi (AGB) pada ibu dan pekerja wanita dan gangguan akibat
kekurangan yodium (GAKY). Status gizi pada balita dapat diukur melalui beberapa indikator,
antara lain cakupan kunjungan Neonatus, kunjungan bayi, bayi dengan
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan status Gizi Balita.
3.3.1. Neonatus,
Bayi dan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Masa
neonatus dapat dikatakan dengan
singkat masa usia anak dari sejak lahir kedunia sampai dengan 4 minggu (0-28
hari). Anak mengalami tumbuh dan berkembang tidak hanya di mulai dari masa
neonatus, namun sejak dalam kandungan. Dimasa neonatus ini ibu harus berkunjung
kepelayanan kesehatan tujuannya yaitu untuk meningkatkan akses neonatus
terhadap pelayanan kesehatan dasar dan mengetahui sedini mungkin bila terdapat
kelainan atau masalah kesehatan pada neonatus. Pelaksanaan pelayanan kesehatan
pada neonatus adalah kunjungan neonatus ke-1 (KN 1) dilakukan dalam kurun waktu
6-48 jam setelah bayi lahir, kunjungan neonatus ke-2 (KN 2) dilakukan pada
kurun waktu hari ke-3 sampai dengan hari ke-7 setelah bayi lahir, kunjungan
neonatus ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke-8 sampai dengan hari
ke-28 setelah lahir.
Cakupan
kunjungan neonatus di Kabupaten Penajam Paser Utara tahun 2014 adalah kunjungan
neonatus 1 (KN 1) sebanyak 2.909 kunjungan atau 89%. Cakupan kunjungan lengkap
atau KN Lengkap sebanyak 2.998 kunjungan atau 91,7%.
Bayi badan
lahir rendah adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa
memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1
(satu) jam setelah lahir. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan
mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan
dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan. Jumlah
BBLR yang dilaporkan di daerah Kabupaten Penajam Paser Utara pada tahun 2014 sebanyak 91 bayi, sedangkan pada tahun 2012 sebanyak
88 bayi.
3.3.2. Status Gizi
Balita
Menurut Prof.Dr. Ir. Ali Khosma, Ms (Guru Besar Pangan dan Gizi
dari IPB) cara menghitung status gizi balita adalah dengan menimbang berat
badan menurut umur (BB/U), berat badan menurut tinggi (BB/TB) dan mengukur
tinggi badan menurut umur (TB/U). Hasilnya dikelompokkan dalam normal, kurus
dan gemuk. Parameter yang biasa digunakan untuk menentukan status gizi balita
adalah dengan menimbang berat badan, mengukur tinggi badan dan lingkar kepala
balita (untuk mengidentifikasi perkembangan otak).
Status gizi balita (BB/TB) yang ada di kabupaten Penajam Paser
Utara tercatat sebagai berikut jumlah balita yang ada yaitu 12.290, jumlah
balita ditimbang adalah 8.879 atau 72,2%, jumlah balita bawah garis merah yaitu
993 atau 11,2%. Kasus gizi buruk yang mendapat perawatan di Kabupaten Penajam
Paser Utara ini adalah 9 balita. Gizi buruk dipengaruhi oleh banyak
faktor yang saling terkait. Namun, secara langsung dipengaruhi oleh 3 hal,
yaitu: anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang, anak tidak mendapat
asuhan gizi yang memadai dan anak mungkin menderita penyakit infeksi. Kasus
gizi buruk saat ini menjadi masalah yang menjadi perhatian di Indonesia. Gizi
kurang dan gizi buruk merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian, karena
dapat menimbulkan the lost generation. Kualitas bangsa di masa depan akan
sangat dipengaruhi keadaan atau status gizi pada saat ini, terutama balita.
Akibat gizi buruk dan gizi kurang bagi seseorang akan mempengaruhi kualitas
kehidupannya kelak. Dengan adanya masalah ini pemerintah Kabupaten Penajam
Paser Utara khususnya Dinas Kesehatan melakukan beberapa kegiatan untuk
meminimalkan kasus gizi buruk ini dengan cara pemberian makanan tambahan
pendamping ASI, melakukan pelayanan kesehatan, dan pemberian vitamin.